KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat
menulis cerpen ini.
Ucapan terimakasih
penulisi ucapkan kepada Bapak Ahmad Suwaji, S.Pd yang telah membimbing dan
mengajarkan penulis tentang pembuatan cerpen sehingga cerpen ini dapat
dijadikan sebuah buku.
Cerita ini merupakan kisah
nyata yang mengisahkan pengalaman penulis saat penulis masih dalam Masa
Orientasi Siswa Baru tahun ajaran 2011/2012 dan merupakan karya penulis
sendiri.
Penulis
Zikri A.R
CINTA
BOCAH
Mentari bersinar
cerah dan bunga-bunga di tamanpun tersenyum menyambut semangat pagiku.Alunan
irama burung-burung di dahan mengindahkan syahdu.Bahagianya hatiku saat itu tak
dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Memang pada Masa orientasi
Siswa ini banyak lika-liku perjalanansusah maupun senang. Namun aku yakin dapat
melalui semua itu dengan baik.
Di hari pertama langkah
terakhir ini, misiku cukup mudah.Misiku adalah aku harus bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan istana baruku ini.dan misi ini terbilang berhasil. Baru hari
pertama MOS aku sudah mulai akrab dengan teman seruanganku, bahkan ruangan yang
lain juga.Bejonya diriku.
Katanya sih aku orangnya
cukup humoris, tapi kadang juga lebay.Sampai sekarang aku masih ingat, teman
yang paling asyik, gokil dan canggih saat MOS, ialah Reki.Saat itu aku ngobrol
sedikit-banyak dengannya.
“Dari SD mana bang?” sapa ku.
“Nurul Haq. Kau dari
mana?” tanya
Reki.
“Dari rumahbang,” ujar ku.
“Kalo itu nenekku pun tau
nyah,” jawab Reki Reki.
“Hehe…. 73 bang.” ujar ku.
Begitulah kira-kira gaya
ngomongnya. Pada hari pertama ini boleh dikatakan tidak ada masalah,
tapi ada satu hal yang
menggetarkan jiwaku. Seorang wanita cantik mempesona, elok rupanya.Tanpa
kusadari, aku telah terjerat dalam jeratan asmaranya.
“ Subhanallah, sungguh luar
biasa ciptaan-Mu yang satu ini. siapa ya namanya? Masalah wajah
bolehlah. Tapi sifatnya gimana
ya?Semoga sama dengan fisiknya,” ujarku dalam hati.
Pada hari pertama ini,
perhatianku terpusat padanya.Memang saat itu aku masih sangat bocah yang baru
mengenal masalah begituan.Kemudian aku mulai mencari-cari informasi tentang
dirinya.
Terkadang saat jam istirahat, aku
sering berpura-pura seakan aku setujuan dengannya, misalnya sama-sama ingin ke
kantin. Padahal semua itu hanya modusku saja.Terkadang juga aku sering
menyelidiki gerak-geriknya seperti agen rahasia dari Amerika, atau seperti
detektif dari London.
Sejauh ini aku
belum pernah berkenalan dengannyasecara lansung.Namun aku tahu namanya, tapi
entah dia kenal atau tidak dengan ku.Aku juga belum pernah berkomunikasi
langsung dengannya.Nah dari sinilah cerita dimulai.
Kemudian di hari
kedua langkah akhir ini, misiku sebenarnya adalah mulai aktif di dalam kegiatan
MOS ini, khususnya di ruanganku.Tapi aku agak mengabaikan misiku.Aku lebih
sering melamun.
Anehnya, padasaat itu tak
lain dan tak bukanaku hanya membayangkan dan memperhatikan permaisuri
khayalanku yang kebetulan duduk di pojok kiri paling depan. Senyum sendiri,
curi-curi pandang, memang aku bertingkah seperti orang setengah miring. Ingin
rasanya aku mendekatinya.
Namun bagaimana mau dekat,
melihat sepatunya saja jantung ini berdebar kencang. Mungkin ini lah tandanya
“Gedebuk Lope”, (gedebuk= jatuh, lope= cinta)
Saat kami lagi
di ruang masing-masing, kami disuruh bernyanyi sambil bergitar oleh kakak
ruang.Kebetulan saat itu aku termsuk ruang 2 yaitu ruang Imam Bonjol.
“Nah adek-adek, sekarang
Siapa yang mau tampil pertama?tanya kaka ruang.
Tidak ada yang menjawab
karena kami masih malu-malu kucing.
“Sekali lagi, siapa yang mau
tampil pertama? Atau kaka pilih langsung!” tanya kaka ruang lagi
“Reki kak…..” jawab kami
semua.
“Reki cepat kedepan! Atau
kakak seret kamu ke depan!” ujar kakak ruang
“ee, iya kak. Wey, awas
kalian nanti ya!” ujar reki
Saat itu reki menyanyikan
lagu Bondan, yang liriknya “apapun yang terjadi ku kan slalu ada untuk
mu…..”.cara mainnya bolehlah. Ia bisa menarik audien untuk ikut bernyanyi.
Kemudian setelah ia selesai
bernyanyi ia langsung menarikku dari tempat duduk. Lantas saja, kak Mita dan
kak Riski menyuruh ku untuk unjuk unjuk gigi.Kemampuanku saat itu boleh
dikatakan lumayan lah.Lalu aku maju dengan wajah yang agak merona.Akupun mulai bernyanyi.
“ehm, ehm…. Saat bahagiaku
duduk berdua dengan mu hanyanlah bersamamu, mungkin aku terlanjur tak sanggup
jauh dari dirimu….” Aku bernyanyi.
Aku pun beryanyi sampai
habis.Dan teman-teman bersorak dan bertepuk tangan.
”Prek…prek…prok..prak…pruk…” tepuk tangan
audien.
Secara tak langsung lagu
itu kutujukan kepada sang dambaanku saat itu. Dengan mata melirik-lirik si dia,
ku harap ia tahu apa yang ku maksudkan. Dan penampilanku saat itu, juga nggak
malu-maluin.
Saat jam pulang, aku
bergegas ke parkiran dan mengambil motorku. Aku bermaksud untukmengikuti sang
pujaan tersebut. Kemana ia akan pergi?
Dimanakah rumahnya.Aku benar-benar kepo pada saat itu.
Dan tak lama kemudian, ia
mengambil motornya. Kalau tidak salah saat itu ia sedang sendirian. Pelan-pelan
ku ikuti ia dari belakang. Di samping itu, aku jugasedikit cemas bahwaia curiga
dengan gerak-gerikku.
“ Ya Allah, mudah-mudahan
aku berhasil mengikutinya dan mengetahui rumahnya. Dan semoga ia juga tidak
tahu tentang modus-modusku ini. “ permohonanku dalam hati.
Begitulah kira-kira do’aku
saat itu.Setiap jalan yang dilaluinya bagaikan jalan yang terbuat dari emas.Namun
sayang sekali. Sepertinya tempat tinggal sang penyejuk itu lumayan jauh,
sehingga dengan terpaksa ku lepaskan niatku dan berbalik arah. Jalan yang
tadinya terbuat dari emas, sekarang berubah menjadi jembatan Shirathal
Mustaqim.
Hari-hariku terasa sangat
berbeda dengan biasanya.makan tak enak, tidur tak nyenyak, selalu membayangkan
sang bidadari masa laluku itu.
Di kala sang surya telah
kembali ke singgasananya, dan sang rembulan beserta bidadari-bidadari
pengindahnya mulai berpatroli, mereka semua menjadi saksi bisu akan bergantinya
alam nyata dan alam ghaib, Namun bayangannya tak juga lekam dari benak ini. aku
tak tahan menahan perasaan ini seorangdiri. Sehingga aku putuskan untuk curhat
dengan kakak ku, yang akrab ku sapa “mbak Pipi”.
“Mbak pi, sebenarnya ada yang ingin ku katakan” uajr ku.
“Apa dek?” tanya kakakku.
“Tpi jangan ngakak ye!” ujarku.
“Oke lah, aman tu.” jawab kakakku.
“Plus jagan ember!” ujarku lagi.
“Huh… iye-iye” jawab kakakku
“hmmm… sebenarnyo, ado
orang yang wak sir di sekolah” ujarku sambil malu-malu.
“khk…. Khkhaa-kha-kha….
Bocah…bocah”uajr kakakku sambil tertawa.
“ha, kan. Tadi lah janji,
maleh nian awak macam tu” ujarku sambil sedikit kesal.
“yolah, sory. Maklumlah,
mbak pi dulu jugo pernah kayak gitu.Emang lagi masonyo.
“trus, gimana?” tanya ku.
“biarlah semua mengalir
layaknya air di tepian sungai.” Ujar kakakku.
“Huh… thanks lah atas info
nya.” Ujarku
Kakakku memeng orang yang
pandai menjaga rahasia.Dan sampai saat ini tidak ada orang yang tahu tentang
siapa permaisuri masa laluku itu.
Dan di hari yang ke 3
ataupun tahap final langkah ini, sebenarnya aku berniat untuk mendekati sang
permaisuri masa lalu itu. Sebelumnya, telah ku susun skema penyerangan
hatinya.Dan aku mulai melancarkan aksiku.Itu adalah kali pertama aku berbicara
dengan nya.
“mmm…a…” uajrku tak jelas
“Kenapa Zik? Tanya si dia
“hm… kamu kok nggak ke
kantin biasa? Tanya ku.
“nggak apa-apa, lagi malas
jajan aja. Emangnya aku biasanya ke kantin mana ya?Tanya nya.
“a..e..i.. nggak… hmm… ya
sudah ya aku mau keluar dulu.” Ujarku sangat gugup.
“o.. ya udah.” Jawab nya.
Aku hampir saja
keceplosan. Untung ia tak begitu curiga dan aku juga langsung mengalihkan
pembicaraan. Tahap awal PDKT ini aku merasa berbunga-bunga karena bisa
berbicara langsung dengannya.“Ya Allah, aku senang sekali.Terimakasih atas
kebahagiaan yang kau berikan ini. Walaupun lebahharus berkali-kali mengambil
nectar dari bunga, namun madunya sangatlah manis.
Namun, tat kala sang lebah
sedang giat-giatnya bekerja, tak jarang ada saja yang menghancurkan sarangnya.
Apalagi kalau sarang itu bertempat di wilayah kekuasaan lain. Begitu halnya
diriku setelah mengetahui bahwa ia sudah ada yang punya. Dan yang memilikinya
adalah kakak kelasku sendiri.Aku mengetahui informasi tersebut dari salah
seorang temanku.
Awalnya aku tidak
percaya.Namun setelah ku selidiki dan cari-cari informasi, ternyata yang
dikatakan temanku itu benar.Di akun facebook miliknya, tenyata statusnya pada
saat itu adalah berpacaran dengan salah seorang kakak kelas ku.
Ternyata penutupan MOS ini
bertepatan dengan penutupan perjuanganku.Aku tak ingin menjadi angin di saat
kapas dan kertas.
Sejak saat itu perasaanku
kepadanya perlahan lenyap layaknya
siang ditelan malam. Tiada
lagi rasa berdebar, tiada lagi rasa bergetar, dan tiada lagi rasa menggelegar.
Aku mulai sadar bahwa
perasaan itu hanyalah nafsu semata.Aku belajar mengambil hikmah dari semua
ini.aku mulai focus untuk belajar dan tidak memikirkan hal yang begituan.
“huh… untuk apa aku
menyianyiakan waktu dengan hal demikian. Tugas pelajar ialah pelajaran
bukannya pacaran. Kasihan ayah dan ibujika amanah mereka tidak ku laksanakan.
Mulai sekarang aku harus membuat dunia ini membutuhkanku” tekad ku dalam hati.
Kemudian setelah
3 langkah akhir ini aku telah resmi menjadi siswa SMP N 3 kab.Tebo yang ku
dambakan ini.
“Ayah, ibu, aku berangkat
sekolah dulu ya.”Ujarku dengan riang.
“udah sarapan tadi, nak?” Tanya ayah
“Sudah yah.”Jawab ku.
“Ya sudah, kalu begitu
hati hati ya nak!” uajar ayah.
“Iya yah, bu.
Assalamuailaikum.”Salam ku.
“Walaikumsalam.”Jawab ayah
dan ibu.
Kemudian aku berangkat ke
sekolah dengan hati riang gembira, tanpa rasa cinta-cintaan.
Kutatap langit nan tinggi
dan luas, dapat ku lihat masa depanku tergantung di sana. Putera bangsa yang
mengemban cita ini, tak kanmenyianyiakan harapn ayah, ibunya yang mendidik,
menjaga dan membesarkannya hingga saat ini. Akan emban beban apapun yang
diberikan selagi jiwa raga ini kuat dan itu demi kebaikan. Dengan restu ayah,
ibu ku langkah kan kaki keluar dari rumah untuk membekali masa depanku kelak.
“SEKIAN”
BIODATA
KELAS :
IX A
SEKOLAH : SMP N 3 KAB. TEBO
AGAMA :
ISLAM
HOBI : OLAHRAGA