Cerdas, dan Beriman

TARI MERAK

Siswa SMP Negeri 3 Tebo Melakukan pentas Seni Drama di Aula SMP pada Maret 2014

SAMBUTAN KEPSEK SMPN 3 TEBO

semoga menjadi sarana untuk para guru bisa meningkatkan kemampuannya di media internet

SABTU BUGAR

Sabtu Bugar merupakan kegiatan senam pagi secara rutin yang dilaksanakan setiap hari sabtu pagi pukul 7.30 s.d. 8.10 .

Kegiatan SMP N 3 Tebo

Para siswa SMP Negeri 3 Tebo berpakaian adat yang menunjukkan Bhineka Tunggal Ika.

Carnaval 2014

KARNAVAL DALAM RANGKA MEMPERINGATI HUT KE-69 REPUBLIK INDONESIA.

Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 November 2014

PUISI BALADA

‪#‎PUISI‬ BALADA
Puisi balada adalah puisi yang berkisah tentang hidup dan kehidpuan manusia, melalui pikiran dan perasaan yang berintikan budaya universal, dan tidak terikat dengan ruang dan waktu tertentu. Menurut kamus Bahasa Indonesia Puisi balada ialah puisi sederhana yang mengisahkan cerita rakyat yang mengharukan kadang-kadang berupa dialog.
Berikut ini merupakan contoh puisi balada yang sangat sederhana
BALADA JIWA YANG HILANG
Saat jiwa suci terancam sirna
Sang ayah gelisah nanar
Meraba mencoba cari jalan
Memutar arah angin menentang badai
Kemana jiwa itu kan ditanam
Terbuka jalan berliku
Kerikil-kerikil tajam menyambut
Dengan terseok –seok
Kaki penuh darah yang mengubah
Kilauan kerikil tajam memerah
Sang ayahpun menyematkan jiwa yang terancam
Dalam tempat yang aman.
Tersekat tenggorokan
Seribu kata membuncah dalam dada
Namun tak kuasa terucap
Air mata menggenangi mata yang meredup
Dengan pandangan yang nanar
Tubuh yang lunglai
Sang ayahpun meninggalkan jiwanya
dalam tempat yang tak mungkin dijangkaunya
ia terbayang mantra suci
yang memenuhi sanubari
terngiang-ngiang menembus gendang telinga
measuk sukma mengoyak jiwa
“Sempalan jiwamu kan selamat jika kau menahan diri ntuk bertemu
Dalam belasan tahun ke depan”
Tak terbayangkan betapa luluh lantak jiwanya
Tak ada jalan ntuk berbelok
Semua kaku lurus dan beku
Hari berganti hari bulan berganti bulan
Waktu pun berlalu sangat laman
Menambah luka yang mendalam
Dalam penantian.
Jiwa itu pun tumbuh dalam tempat yang tak dapat dijangkaunya.
Jiwa itu menyatu dalam wadah yang sempurna
Segala pupukpun digunakan ntuk menyuburkannya
Kasih sayang sang ibu yang tiada habisnya telah membentuknya
Jiwa itu tetap tersenyum walau menyimpan selaksa duka
Ia tumbuh tanpa naungan sang ayah.
Sementara sang ayah hanya dapat melihat dari kejauhan
Tanpa bisa mendekatinya.
Segala derita
Segala nestapa
Sang ayah hanya terdiam tak bergeming
Mulut terkunci rapat menunggu saat-saat tiba.
Waktu yang ditunggu pun datang menghampiri
Sang ayah pun menemukan sempalan jiwa yang hilang
Namun tak ada keberanian ntuk menyampaikan
Jiwa yang hilangpun dalam dekapan sang ayah
Kendati sempalan jiwa tak tahu siapa yang mendekapnya.
Dwi warsa tlah berjalan
Sang ayah memberanikan diri ntuk menyampaikan
Bagai tersengat halilintar sempalan jiwa mendengarnya
Marah, duka bercampur bahagia bercampur aduk
“Mengapa ayahanda tega melakukan ini?”
“Mengapa baru sekarang ayahanda baru datang?”
“Kemana waktu aku dalam duka?”
“Kemana ayahnda, waktu aku menangis?”
“Aku benci ayahnda..”
Tak kuasa air mata telah menganak sungai dari keempat mata itu.
“Wahai ananda, selaksa umpat kan ku terima”
“ Tapi dengarkan ayahanda nak ber kata”
“ayahanda kan nak mendekat, namun tak kuasa”
“ Ayahanda terbelenggu sumpah janji”
“ Ayahanda takut ananda kan celaka bila kudekat sebelum waktunya”
“Ayahanda takut martabat tempatmu nak jatuh tak berharga”
Perlahan sang ayah menjelaskan yang sesungguhnya
“ Apakah demi Janji, ayahanda menelantakanku?”
“Janji itu telah melukai jiwa ini, ayahanda”
“ Wahai ananda, janji merupakan keteguhan hati
Akan buat ananda lebih celaka, jika ayahanda ingkari.”
“ sekarang saatnya ayahnda menebus akan segala dukamu.
Ananda.... lupakanlah segala yang tlh berlalu.
Kita akan bersama baik dalam suka maupun duka.”
Ayahanda berjanji takkan meninggalkanmu lagi.
Yang dapat memisahkan kita hanya jiwa yang telah lepas dari raga.”
“Ayahanda, aku mengerti walaupun aku tak percaya mengapa ini bisa terjadi.
Aku kan berusaha menerima kenyataan ini karena semua kuasa Ilahi.”
“ Ananda, jika engkau belum bisa terima, ayahnda memaklumi..
Tapi siapapun ayahanda, tak kan mengurangi kasihku padamu.
Dan ananda dapat merasakan itu”
Perlahan api yang membara itu mulai padam.
Dan senyumanpun telah menghiasi wajah mereka.
Karya: A.Aji

PUISI EKSPRESIONISME

Puisi Ekspreisinisme
Puisi yang beraliran ekspresionisme pada umumnya adalah puisi yang mengutamakan ungkapan perasaan dari pengarang. bisa merupakan kesdihan yang mendalam, bisa kekecewaan, bisa juga kemarahan dan kebencian terhadap sesuatu.
Berikut adalah contoh puisi yang beraliran ekspresionisme
JERITAN JIWA
Ini bukan hanya permainan kata
Ini adalah kata ungkapan jiwa
Meronta kata terkekang jiwa
Mendesak dalam dada
Ku terlalu tinggi melihat awang
Ku terbuai segala harapan
Sinar terang kuharapkan
Namun redup senja yang datang
Batu hatimu
Batu jiwamu
Batu kepalamu
Lebih keras dari batu yang membatu
Air cucuran tak sanggup mengikismu
Gerenda besi pun tak sanggup menembusmu
Jari-jemariku tak kuasa mengukirmu
Ku terlalu tinggi melihat awang
Ku terbuai segala harapan
Ku harapkan sebagai penerang
Namun bayang petang yang datang
Tongkat yang kuberikan engkau bengkokkan
Cahaya yang kuberikan kau matikan
Jalan yang kutunjuk, kau belokkan
Jalan yang ku sekat, kau terjang
Ku terlalu tinggi melihat awang
Ku terbuai segala harapan
Senyum yang kuharapkan
Sinis yang datang menghadang
Ku panggil, wajahmu tak berpaling
Ku bicara, telingamu tak ada
Kau tetap tak mau lihat bumi
Kau tetap membusungkan
Menatap langit.....
Ku terlalu tinggi melihat awang
Ku terbuai segala harapan
Ku harap kau jadi mentari
Namun kamu memilih jadi rembulan
Oh.... Tuhan... jika itu takdirmu
Ku tak dapat menghindar
Rimbo Bujang 2014
A.Aji