Cerdas, dan Beriman

Kamis, 06 November 2014

BENIH-BENIH ASMARA

                                                                      
     



KARYA SUTIN CAHYO HIDAYAT (2013)




Mentari pagi menghangatkan tubuh ini, kicauan burung yang merdu membangunkan ku dari tidurku, aku pun segera sholat dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah baru ku, yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kabupaten Tebo, aku seorang remaja yang bernama lengkap USTIN CAHYO HIDAYAT, hobby ku adalah bermain bola karena bermain bola bisa membuat hati ini merasa lebih tenang.

inilah hari pertama aku mengikuti pelajaran di SMP baru ku, Sekolah baru harus dengan semangat baru dong, Setibanya aku di gerbang sekolah, aku melihat cewek yang cantik banget, sepertinya sih kakak kelas, jadi tambah semangat nih menjalani masa-masa SMP, walaupun aku tidak tau siapa dia sebenarnya tapi benih-benih cinta ini sudah mulai tumbuh sejak pandangan pertama .
“woy.?”
Aku pun terkejut, ternyata itu adit teman baru ku, aku pun langsung marah sama dia.
“Ngapa sih dit, ganggu kosentrasi ku aja kamu nih”
“Emang kamu lagi konsentrasi apa  tin.”
“Itu loh dit, ada cewek cantik banget, yang lagi duduk di depan kelas 8 A, kakak kelas sih kayaknya”
“Owh, ea tin, kamu kok pinter cari cewek yang cantik sih” Tanya adit sambil tertawa.
“Jelas dong dit, kan aku udah berpengalaman dalam bidang mencari cewek.” Sambil tertawa terbahak-bahak.
Percakapan kami harus terhenti karena bel penanda masuk kelas sudah bunyi,,tett,,tett,,tettt,,
“Sudah masuk nih tin, gg tau orang lagi gossip aja yah.” Saut adit.
“Ea dit, ayo masuk kelas.”
kami pun segera masuk ke kelas baru kami, saat jam pelajaran berlangsung aku sangat tidak fokus untuk mengikuti pelajaran pada saat itu, sehingga  materi pelajaran pun tidak ada yang masuk dalam otak ku, karena otak ku sudah di penuhi dengan bayangan wajahnya.
Aku semakin penasaran dengan cewek yang tadi, kebetulan banget waktu pulang  sekolah aku bertemu dengan dia, dengan malu-malu aku mencoba minta nomer handphone nya, dan aku pun memberanikan diri untuk menyapa dan meminta nomer handphone nya.
“ Boleh mintak nomer handphone nya apa ngak kak?”
“Boleh kok, ini 082345678910”
“Tapi, namanya kakak siapa?”
“Owhh, nama saya rattu”
“Pas banget kalau jadi rattu.(sambil ketawa)”
“Bisa saja kamu, nama kamu siapa?”
“Nama aku ustin kak, Ea  makasih banyak”
“Ea sama-sama”
Senang banget ni hati, akhirnya dapet juga nomor dia, aku langsung mencoba mengirim pesan singkat dengan rasa yang cemas dan penuh harapan, mau tidak ya dia balas sms ku, bissmilahirohmannirohim, dan yang palin penting percaya diri saja, selama kita berusaha pasti ada jalannya.
 “Assalamu’alaikum Wrb.”
Tak lama kemudian ada pesan yang masuk ke hp ku, ternyata Rattu membalas sms dari ku, saat itu pun perasaan ku jadi tidak menentu, dag dig dug door hati ini, mungkin aku sudah terkena serangan jantung stadium akhir nih.
“Wa’alaikumsalam Wrb. Maaf ni siapa ya ?
“Nie Ustin, tau gg ?”
“0whh, yang tadi mintak nomer handphone ku ya?”
“Ea, ngomong-ngomong biar enak aku manggil kamu apa”
“Panggil nama ajalah tin, ngak enak juga kalau di panggil kakak, kelihatan udah tua nanti, hehehe.”
“Ea lah, udah dulu ea rattu, aku mau belajar dulu, assalamu’alaikum”
“Ea ustin, wa”alaikumsalam”
Akhirnya aku dan dia stop sms’an. Emh, aku jadi membayangkan dia trus, mau tidur inget dia, mau makan inget dia, aku belajar pun jadi tidak konsen gara-gara mikirin dia, mungkin dia memang udah mencuri hati ku, dan benih-benih asmara sudah semakin merajarela nih.
Tidak  terasa waktu terus berjalan, dan tidak terasa juga kalau aku sama dia udah semakin dekat, suatu hari dia sms aku, tumben banget dia mau sms duluan. Berdebar-debar rasa di jiwa saat melihat kata-kata yang dia kirim lwat sms nya.
“Tolong jawab jujur ea,,
*Jika kamu temen aku kamu balas dengan aku temen kamu.*
*Jika kamu sahabat aku kamu bales dengan, jangan tinggalkan aku.*
*Jika kamu suka aku kamu bales dengan kita jadian yuk?*
Itu isi sms yang dia kirim, kebetulan ayah ku tau isi sms dari rattu, ayah ku bernama A.suwaji yang biasa di panggil Babe oleh anak-anak SMP, karena saat itu handphone ku sedang di periksa oleh ayah ku, ayah ku pun marah sama aku dan memberi sanksi yang tegas sama aku.
Pada suatu malam selepas isa’, ketika mamak dan kakakku sedang asik menonton TV, tiba-tiba ayahku memanggil.
“Tin….” Suara ayahku datar. Jantungku mulai berdetak jangan-jangan ayah marah setelah membaca sms dari Rattu.
“ya, ayah….” Aku menghampiri ayah yang sedang duduk di depan computer.

“Kamu sudah ingin pacaran ya tin”Tanya ayahku masih dengan suara datar.
“Nggak …yah….” Jawabku seraya menunduk. Aku tidak berani menatap wajah ayahku. Aku takut kalau ketahuan aku berbohong.
“lihat mata ayah….” Kata-kata ayahku pelan tapi sangat menghujam ke relung hatiku. Aku tidak bisa membantah lagi dan akhirnya akupun menatap wajah ayah.
“Jangan coba-coba berbohong pada ayah. Kamu tahu apa yang paling ayah benci? ….yaitu bohong.
Aku menarik napas dalam-dalam untuk mencoba memberanikan diri untuk mengatakan isi hatiku.
“Sebenarnya ustin ingin seperti remaja yang lain yah, ustin pun sedang suka sama orang namanya rattu yah”
“Kan ayah sudah bilang sama kamu, fokus dulu untuk belajar, ayah tidak akan pernah mengizinkan kamu untuk pacaran sebelum waktunya, dan islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berpacaran tin, kejarlah dulu cita-cita mu, kalau kamu sudah menjadi orang yang berhasil pasti jodoh mu akan datang sendiri.”
“Tapi, Tin kan pacaranya gak macam-macam,Yah.” Jawabku dengan menunduk.
“ya, sekarang… karena belum ada kesempatan untuk berbuat yang ngak-ngak. Sekarang saja kamu sudah tidak focus dalam belajar, setiap saat pikiranmu pasti melayang pada gadis itu kan? Bentar-bentar kamu sms-an. Apa yang diperintahkan mamak, ayah selalu kamu tunda.” Suara ayah semakin meninggi pertanda ayah mulai marah. Namun mamak dan kakakku tidak mendengar apa yang dikatakan ayah. Mereka asik menonton sinetron.
Dadaku terasa sesak karena aku bingung harus menjawab apa.
“Tapi kalau kamu masih nekat untuk pacaran silahkan kamu pergi dan ngak usah kembali lagi, dan ayah ngak akan ngurusin kamu lagi tin.” Suara ayah ku pelan namun tajam, setajam pedang menhujam ke hatiku.
Aku pun langsung pergi ke kamar dan air mata ini tidak bisa aku bendung lagi,aku langsung tidur tertelungkup sambil menahan isak.
Tak lama ayah menyusulku ke kamar.
“Mengapa menangis? Ayah berkata begitu karena ayah sangat menyayangimu. Ayah gak mau kamu gagal di tengah jalan.” Kata ayahku dengan suara lembut sembari mengelus-elus rambut kepalaku. Tin kan juga tahu, kakakmu asgru juga gak berani pacaran. Percayalah pada kata-kata ayah.” Ayah membangunkanku dan mendekapku dalam dadanya. Aku semakin banyak menumpahkan air mata di dada ayahku tapi bukan air mata karena sakit hati lagi, tapi karena aku merasakan kasih sayang ayahku tulus walaupun dulu ayahku pernah meninggalkanku dalam waktu yang sangat lama.
Sebenarnya kata-kata ayah ku juga benar, melihat umurku yang baru masuk angka 13 tapi aku malah memikirkan untuk pacaran, dan sebaiknya memang aku harus lebih fokus belajar untuk meraih cita-cita ku, aku langsung meminta maaf kepada ayahku dengan kesalahan yang telah aku perbuat.
“Ustin mintak maaf ya, Yah, karena ustin tidak mematuhi kata-kata ayah, ustin sadar kalau ini memang salah ustin” kataku sambil mengusap sisa-sisa air mataku.
“Iya nak, kamu juga harus meminta maaf kepada Allah karena Allah mengharamkan berpacaran. Dan yang terpenting kamu harus berjanji dengan dirimu sendiri untuk tidak berpacaran sebelum ayah member izin kepada kamu” kata ayah sambil mengecup keningku.
“Ea yah, terimakasih untuk nasihat yang ayah berikan” aku pun bangkit dari dada ayahku trus berbaring lagi. Kulihat ayahku meninggalkan kamarku dan menghilang  balik pintu. Mataku mulai terpejam perlahan sampai aku terbuai oleh peraduan malam dan hanyut dalam mimpi yang panjang.
***
 Ke esokan harinya, akhirnya aku memutuskan untuk ketemuan sama rattu, dan membicarakan hal itu, saat itu adalah pertama kalinya aku ketemuan dengan dia, dengan diiringi degup jantung yang tidak teratur, aku langsung membicarakan masalah asmara dalam hatiku.
“Sebenarnya aku suka sama kamu rattu, tapi aku tidak mau melawan orang tua ku dan Allah, dan di lain sisi aku ingin seperti remaja yang lain, Yang asyik bersama pasangannya masing-masing.
“Samalah ustin, sepertinya kita sedang dilema dengan kisah kita, apa tidak sebaiknya kita berteman saja tin.? Jawab ratu dengan ceria.
“Ya emang gitu sebaiknya, mungkin saat ini jadi teman lebih baik dari pada berpacaran, tapi aku ngak mau bohongin perasaan ku, yang sayang dan cinta padamu walaupun aku tidak tau apakah kamu juga memiliki perasaan yang sama terhadapku.” Akhirnya perasaan yang selama ini ku pendam akhirnya tersampaikan juga.
“Aku tau itu ustin, tapi kamu harus mematuhi semua kata-kata  dan amanat yang di berikan orang tua ustin.”
“Emang benar sih, aku harus mematuhi kedua orang tua ku.”
“Gitu donk tin, kita berteman aja ya.”
“Ya rattu, makasih buat penjelasannya” aku sangat lega mendengar jawaban rattu.
“Ea ustin, ayo pergi, nanti kalau berduaan terus malah menimbulkan fitnah”
“He’emh”
Setelah pertemuan itu aku dan dia semakin dekat walau hanya sebatas teman saja, hari-hari ku lebih menjadi bewarna karena dia selalu ada disaat aku membutuhkan nya.
Dan tidak terasa kalau sekarang dia sudah kelas 3, aku tau kalau kelas 3 pasti banyak tugas dan banyak kegiatan, hal itulah yang membuat hubungan ku dengan rattu semakin merenggang, setiap kali aku sms jarang sekali dia mau balas, dan pasti karena alasan tugas yang numpuk, aku mencoba memahami keadaannya saat ini, memang gitu seharusnya, harus bisa memahami keadaan seseorang, walaupun hati ini merasa keberatan tapi itu pengorbanan yang harus aku lakukan demi kebaikan dia.
6 Oktober 2012, Hari ini adalah hari ulang tahun rattu yang ke 15, aku tidak lupa memberi ucapan selamat kepada dia, walau hanya lewat pesan singkat
“Selamat ulang tahun ea rattu, semoga panjang umur, tambah pinter, tambah dewasa, pokoknya nambah menjadi yang baik deh, dan maaf hanya kata-kata ini yang bisa aku ucapkan.”
“Ea ustin, makasih banget, aku udah seneng kok walau hanya ngucapin lewat kata-kata, kan yang penting doa nya tin”
“Sip, selalu aku doakan agar menjadi yang terbaik.”
“Makaasih banyak ea ustin’’
“Ea sama-sama”
Mungkin lewat kata-kata sederhana yang aku ucapkan kepada dia, sudah membuat dia merasa bahagia.
“Rattu, besok aku tunggu di taman, pulang sekolah, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
“Ea ustin, tapi mau ngomong apa ya”
“Tunggu aja besok”
“Okey lah”
Akhirnya aku dan dia bertemu di tempat yang udah aku janji kan, dan akupun tanpa basa-basi langsung mintak photo dia, dan akhirnya dapat juga photonya bidadari dari SMP 3.
Setelah lebih 2 tahun aku dan dia kenal, tidak terasa juga perpisahan sudah ada di depan mata, perpisahan pada tanggal 12 Juni 2013 itu tidak bisa dihindarkan lagi dan menjadi perpisahan yang tidak akan pernah aku lupakan, dengan rasa sedih dan senang aku harus rela rattu meninggalkan SMP dan meninggalkan aku, walau aku masih bisa tersenyum  di saat-saat perpisahan, namun tidak ada yang tau kalau hati ku sedang menangis.
Bunga di taman yang sedang mekar dengan indah, tiba-tiba saja layu.
 dan burung yang biasanya berkicau dengan merdu tiba-tiba saja berhenti berkicau.
 bahkan langit yang sedang terang menerangi bumi ini tiba-tiba terhalang oleh awan yang hitam, mungkin mereka tau apa yang sedang aku rasakan.  
Mungkin aku bukan pelangi yang selalu memberi warna dalam kehidupannya.
Mungkin aku bukan mentari yang selalu menghangat kan nya.
            Mungkin aku juga bukan bintang yang selalu memberi warna dalam malam mu.
       Aku hanya lah bulan yang hilang di tengah kegelapan.
Itulah kata-kata yang selalu ku ingat, dan hanya kata-kata itu yang bisa mengingatkan ku kepada rattu.
Mungkin kisah ini tidak akan pernah aku lupakan dalam hidupku, disaat aku dan dia bersama dikala suka dan duka, namun kini semua hanya tinggal kenangan, biarlah rasa cinta dan sayang ku kepada dia hanya tinggal kata.
 sikap dia setelah perpisahan sangat lah berbeda, dia yang dulu bukan dia yang sekarang, dia sangat jauh berbeda. Aku dan dia sudah tidak ada komunikasi lagi mungkin disana dia sudah dapat cowok yang lebih sempurna dari pada aku dan aku sadar cinta itu tidak harus memiliki seperti kisah cinta ku dan dia yang tidak dapat menyatu, seperti air dan api yang tidak pernah bisa bersama.
Kisah ini akan menjadi kenangan cinta yang paling indah yang pernah ku ukir pada masa-masa SMP, dan semoga dia tidak pernah melupakan kisah ini, Walaupun kini engkau jauh di mata namun bayangmu selalu dekat di hati ku.
 Mungkin suatu saat aku akan mendapatkan cewek yang lebih baik dari pada rattu, dan mungkin Rattu akan dapat pasangan yang lebih baik dari pada aku. (KONTRAVERSI HATI)
Kini aku mencoba menjalani hari-hari ku tanpa senyumannya, dan hanya bayangannya lah yang selalu ku ingat.
“Bila teringat tentang dirimu, berlinanlah air mata ku, ku rindu saat-saat bersamamu kasih sayang mu padaku, namun kini kau bukan milikku dan berakhir sudah cintaku, biarkanlah hatiku bicara bahwa aku masih sayang padamu, dan aku selalu mendo’akan mu agar kau bahagia bersama dirinya.



BIODATA PENULIS :
NAMA   : USTIN CAHYO HIDAYAT
TTL                  : RIMBO BUJANG, 8 DESEMBER 1999
ALAMAT : JL.R.A.KARTINI/8
HOBBY    :SEPAKBOLA
MAKES               : MIE AYAM
MIKES      : AIR PUTIH SAJA
WARNA KESUKAAN   : MERAH DAN BIRU







0 komentar:

Posting Komentar

silakan Anda komentar dengan memperhatikan etika yang santun